MAKALAH
NAMA KELOMPOK : BUNG KARNO
PERAN KAUM MUDA DALAM
MENGHADAPI SITUASI BANGSA SAAT INI
Dosen Pembina : Abd.Aziz,M.Pd
OLEH :
ARNOLDUS YANSEN LIGI HAYONG(120401050056)
MARIANUS RAINOLDUS
DALA(120401050076)
ADRIANUS BOKA(120401050064)
UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI GEOGRAFI
NOVEMBER 2013
KATA PENGANTAR
Pada tempat yang pertama penulis lambungkan Puji syukur kehadiran Tuhan yang Maha Esa karena atas Berkat dan
Rahmatnya penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Peran kaum muda
dalam menghadapi situasi bangsa saat ini”. Pada tempat yang kedua penulis ingin
mengucapkan terima kasih dan segenap isi hati kepada:
- Abd.Aziz, M.Pd selaku
dosen pengampu mata kuliah Sosiologi Antrolpologi yang telah memberikan
tugas dan motivasi kepada kami untuk bisa memahami kondisi bangsa saat ini
- Teman-teman yang telah
membantu dalam penyelesaian dan penyempurnaan makalah ini.
- Yayasan UNIKAMA yang telah
menyediakan fasilitas belajar, hotspotan, dan lain sebagainya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan segenap kritik dan saran yang
membangun dari semua kalangan atau teman – teman untuk perkembangan penulis
kedepannya dan akan di terima dengan senang hati. Karena kami sadar dan yakin
bahwa segala kritikan maupau saran dari teman-teman merupakan pintu awal bagi
kami untuk perkembangan kami kedepannya. Semoga makalah ini berdaya dan
berhasil dan bermanfaat untuk kita semua.
Penulis
Ttd
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
- LARAR BELAKANG 1
- RUMUSAN MASALAH 2
- TUJUAN 2
BAB II PEMBAHASAN
- KAJIAN TEORI 3
- MENGEKSPLORASI 9
BAB III ANALISIS KRITIS
- KELEMAHAN 14
- KELEBIHAN 16
BAB IV PENUTUP
- KESIMPULAN 19
- SARAN 20
DAFTAR PUSTAKA 21
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kaum muda Indonesia adalah masa depan bangsa. Karena itu, setiap pemuda
Indonesia, baik yang masih berstatus sebagai pelajar, mahasiswa, ataupun yang
sudah menyelesaikan pendidikannya adalah aktor-aktor penting yang sangat
diandalkan untuk mewujudkan cita-cita pencerahan kehidupan bangsa kita di masa
depan. “The founding leaders” Indonesia telah meletakkan dasar-dasar dan tujuan
kebangsaan sebagaimana termasuk dalam pembukaan UUD 1945.
Kita mendirikan negara Republik Indonesia untuk maksud melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan untuk ikut melaksanakan ketertiban
dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Untuk
mencapai cita-cita tersebut, bangsa kita telah pula bersepakat membangun
kemerdekaan kebangsaan dalam susunan organisasi Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagai Negara Hukum yang bersifat demokratis (democratische
rechtsstaat) dan sebagai Negara Demokrasi konstitutional (constitutional
democracy) berdasarkan Pancasila.
Dalam upaya mewujudkan cita-cita itu, tentu banyak permasalahan, tantangan,
hambatan, rintangan, dan bahkan ancaman yang harus dihadapi. Masalah-masalah
yang harus kita hadapi itu beraneka ragam corak dan dimensinya. Banyak masalah
yang timbul sebagai warisan masa lalu, banyak pula masalah-masalah baru yang
terjadi sekarang ataupun yang akan datang dari masa depan kita.
Untuk itu generasi muda perlu adanya keseimbangan dalam masyarakat(social
equilibrium).Dengan keseimbangan dalam masyarakat dimaksudkan sebagai suatu
keadaan dimana lembaga-lembaga kemasyarakatan yang pokok dari masyarakat
berfungsi dan saling mengisi.dalam keadaan demikian,individu secara
physikologis merasaka adanya suatu ketentraman,olehkarena tidak adanya
pertentangan dalam norma-norma dan nilai-nilai.setiap kali terjadi suatu
gangguan terhadap keadaaan keseimbangan tersebut,maka masyarakat dapat
menolaknya atau sebagaimana telah dikatakan,suatu perubahan bergerak
meninggalkan faktor yang diubah.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan,ada beberapa masalah yang akan
dirumuskan yaitu:
- Bagaimana cara pandang generasi muda yang berwawasan
terhadap situasi bangsa saat ini?
- Bagaimana generasi muda dalam menyikapi situasi bangsa
saat ini?
- Bagaimana upaya
kaum intelektual(kaum muda)dalam meningkatkan kondisi bangsa saat
ini?
C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin penulis sampaikan kepada pembaca diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Membangkitkan kembali rasa cinta tanah air di kalangan para pemuda
dan mahasiswa sebagai bentuk tanggung
jawab moral untuk menghargai jasa-jasa para pahlawan yang telah memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia.
2. Menanamkan jiwa patriotisme dan rela
berkorban di antara sesama Warga Negara Indonesia dalam rangka menjaga keutuhan
NKRI.
3. Mengajak para pemuda dan mahasiswa
untuk berfikir kritis dalam menanggapi setiap
perubahan yang terjadi di sekeliling kita terutama hal-hal yang
berkaitan dengan keutuhan NKRI dan kelangsungan hidup masyarakat Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Teori
Reformasi sudah berjalan sejak tahun 1998 hingga sekarang belum maksimal
dalam penataan piranti-piranti yang mendukung untuk tercapainya sasaran-sasaran
menuju masyarakat yang madani baik fisik maupun psikis dalam rangka
mensejahterakan bangsa Indonesia secara ekonomi, politik maupun hukum seperti
yang dicita-citakan awal oleh penggagas Reformasi terutama kaum mudanya yang
saat itu mendobrak. Mengapa hingga sekarang belum terwujud, dikarenakan
perjuangan generasi muda dalam mewujudkan yang diinginkan telah dijadikan
oleh pihak-pihak yang berkepentingan, sehingga keberadaan generasi muda
sekarang ini semakin ketergantungan kepada pihak-pihak yang berkepentingan itu
tadi.
Untuk itu generasi muda perlu dan harus menata diri kembali dengan menengok
dan belajar dari sejarah bangsa Indonesia, sehingga generasi muda sadar
bahwa tanpa merespon dan belajar meningkatkan wawasan kebangsaan
dan memperkokoh persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia
bersama komponen-komponen lain, niscaya merupakan usaha yang sia-sia
karena pergerakan mahasiswa tanpa dukungan dari semua elemen / unsur dari
masyarakat sampai dengan unsur pemerintahan, rencana seluhur apapun akan tidak
tercapai. Ini semua sangatlah diperlukan kesadaran dan mawas diri, dari
selama ini perjuangan yang telah dilaksanakan namun belum seutuhnya didukung,
bahkan terkesan generasi muda / mahasiswa memaksakan kehendak sehingga
mengesampingkan kekuatan-kekuatan lain yang lebih dominan yang seharusnya perlu
adanya penggalangan untuk dapatnya disepahamkan dengan yang dikehendaki oleh
perjuangan mahasiswa itu sendiri.
Oleh karena itu sangatlah tepat sekali bahwa perlu adanya peningkatan
wawasan kebangsaan generasi muda itu sendiri yang dipadukan dengan
pengalaman sejarah dan disejajarkan dengan situasi yang berkembang
dikalangan masyarakat sehingga akan terwujud bersama-sama komponen lain dalam
rangka memperkokoh persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang dicintai oleh seluruh bangsa Indonesia.
Wawasan Kebangsaan
Generasi Muda,Ketahanan bangsa yang kokoh dan kuat dapat terwujud seiring
dengan meningkatnya wawasan kebangsaan pada segenap anak bangsa, karena
dengan wawasan kebangsaan, di harapkan mampu mencegah upaya-upaya kolonialisme,
imperalisme dan negara agresor untuk melaksanakan kepentingannya di negara
kita. Kondisinyata meningkatnya ketahanan bangsa dan generasi muda akan
terlihat dari wujud:
a. Tidak terjadi lagi aksi hujat, saling menyalahkan dan sikap saling
bermusuhan yang akan melahirkan
perpecahan.
b. Masyarakat dan generasi muda tidak mudah di propokasi oleh
pihak-pihak tertentu yang akan berusaha untuk mengadu domba sesama bangsa
sendiri demi kepentingan pribadi atau kelompoknya.
c. Segenap komponen bangsa dengan sadar untuk meningkatkan kinerja
dalam rangka membangun masa depan yang lebih baik.
d. Masyarakat dan generasi muda harus menghindari dan mewaspadai
kegiatan-kegiatan yang akan memperdaya kita untuk kepentingan pihak lain,
dengan segenap cara dan kemampuan yang kita miliki.
e. Generasi muda sadar akan perannya dalam sistim pertahanan semesta
yang melibatkan seluruh komponen bangsa.
f. Terbangunnya wawasan kebangsaan generasi muda, terciptanya persatuan dan
kesatuan bangsa, dengan tetap berpegang kepada semboyan Bhineka Tunggal Ika.
g. Generasi muda harus berpedoman kepada semangat bergeloranya Sumpah
Pemuda 1928, untuk menekan timbulnya Idiologi separatisme.
Perjuangan Mahasiswa / generasi muda sudah berjalan puluhan tahun dengan
ditandai / diawali adanya Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 yang mempunyai
nilai persatuan dalam tanah air, Bahasa dan Bangsa yaitu Indonesia.
Perjuangan Sumpah Pemuda ini menelan waktu + 3,5 tahun yang bertujuan
untuk mempersatuakan visi dan misi tersebut bukanlah suatu yang mudah, dengan
menggunakan fasilitas apa adanya dari sabang sampai merauke, yang mana
masyarakat Indonesia yang kita ketahui yang terdiri dari berbagai macam suku.
Masalah suku identik dengan
watak, tradisi dan bahasa, bagaimana kita berbicara dengan suku Sunda,
Jawa, Ambon, Bugis dan lain-lain. Untuk mempersatukan antara suku
dengan suku lainnya memerlukan suatu alat komunikasi yaitu bahasa, dengan
bahasa kita dapat kita memahami maksud yang dibicarakan oleh
seseorang. Namun demikian berbicara dengan seseorang membutuhkan
suatu hal yang dapat menjadikan orang mengerti apa yang kita maksud tanpa
mengganggu perasaannya yaitu dengan etika atau akhlak.
Perjuangan Mahasiswa / generasi muda sudah berjalan puluhan tahun dengan
ditandai / diawali adanya Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 yang mempunyai
nilai persatuan dalam tanah air, Bahasa dan Bangsa yaitu Indonesia.
Perjuangan Sumpah Pemuda ini menelan waktu + 3,5 tahun yang bertujuan
untuk mempersatuakan visi dan misi tersebut bukanlah suatu yang mudah, dengan
menggunakan fasilitas apa adanya dari sabang sampai merauke, yang mana
masyarakat Indonesia yang kita ketahui yang terdiri dari berbagai macam suku.
Masalah suku identik dengan
watak, tradisi dan bahasa, bagaimana kita berbicara dengan suku Sunda,
Jawa, Ambon, Bugis dan lain-lain. Untuk mempersatukan antara suku
dengan suku lainnya memerlukan suatu alat komunikasi yaitu bahasa, dengan
bahasa kita dapat kita memahami maksud yang dibicarakan oleh
seseorang. Namun demikian berbicara dengan seseorang membutuhkan
suatu hal yang dapat menjadikan orang mengerti apa yang kita maksud tanpa
mengganggu perasaannya yaitu dengan etika atau akhlak.Pada umumnya pejabat atau
pemimpin pada saat belum terpilih / menduduki jabatan bermanis kata dan
berupaya simpatik terhadap / didepan masyarakat, agar bisa didukung /
memperoleh jabatan, bahkan tidak sedikit mengorbankan rakyat / generasi muda
untuk kepentingan ambisinya. Maka upaya / sasaran kedepan
diharapkan menyediakan pimpinan / pejabat di Republik Indonesia adalah pimpinan
yang bisa menjadi contoh dan tauladan dalam perilaku dan moral agamanya
sehingga pemimpin / pejabat tersebut adalah merupakan amanah yang bermoral
bahwa akan dipertanggung jawabkan nantinya di akhirat.
Mahasiswa dan generasi muda,
diharapkan bukan dijadikan obyek tetapi generasi muda yang mempunyai power yang
kuat dan stabil di dalam cita-cita memperjuangkan otoritas generasi muda itu
sendiri maupun sebagai subyek / penentu kebijaksanaan di dalam
mengarahkan Negara Kesatuan Republik Indonesia kearah yang kokoh kuat, aman,
sejahtera dan dinamis, tentunya generasi muda Indonesia tidak harus berjalan
sendiri-sendiri, harus beriringan dengan segenap komponen bangsa lainnya,
sehingga akan terdukung dan memperkuat cita-cita dan kebijakan yang diambil
oleh generasi muda sebagai penerus bangsa Indonesia tercinta.
v Subyek.
Akhlak dan etika
yang baik pada saat ini sudah menjadi suatu yang langka dikalangan aparat
pemerintah dan lebih dikhawatirkan terjadi terhadap para pemimpin yang diatas,
karena merekalah yang dapat mengendalikan baktera Indonesia ini dan kita
sebagai penumpangnya. Sumpah pemuda kembali diuji di Era
Reformasi ancaman disintegrasi yang menjurus pada separatisme
justru menyeruak belakangan ini disaat bangsa Indonesia sedang terjerumus
kedalam lubang kehancuran ekonomi, politik dan hukum. Gejala
disintegrasi ini mulai terlihat justru ketika tuntutan Reformasi yang
didengungkan mahasiswa telah mencapai hasilnya dan gejala ini semakin
terlihat, kasus pembunuhan dengan dalih dukun santet dan banyak peristiwa
lain yang muncul tudingan bahwa dalang pembunuhan itu berada dalam
jajaran kabinet Reformasi. Saling tuding antara komponen bangsa,
waktu itu telah sangat fulgar dan itu tidak saja datang dari kalangan internal
bangsa Indonesia sendiri, tapi ada faktor eksternal yang datang dari luar negeri.
Faktor eksternal ini muncul akibat adanya tekanan luar negeri yang bertendensi
mengadu domba dengan terus berupaya mendorong terciptanya iklim korupsi, kolusi
dan nepotisme (KKN) di Indonesia. Mereka seolah tidak rela jika
bangsa Indonesia tumbuh dan berkembang menjadi satu negara yang besar di
kemudian hari. Kita harus menyadari bahwa persatuan dan kesatuan
sangat tak ternilai harganya bagi bangsa Indonesia yang sangat
majemuk. Karena itu rasa persatuan dan kesatuan hendaknya tidak di
ganggu gugat dengan dalih apapun, apabila demi keuntungan kelompok
tertentu. Faktor mendasar dari sikap kebangsaan adalah hendak bersatu, baik
dimasa lalu, masa kini dan masa depan, karena itu segenap komponen bangsa
hendaknya bersatu dengan mengutamakan keamanan dan menerima serta menghargai
perbedaan. Sikap penyeragaman selama ini telah terkikiis dan menolak
nilai-nilai pluralitas sehingga menyebabkan goyahnya persatuan dan
kesatuan. Dari sinilah semangat Sumpah Pemuda harus kembali
dikobarkan oleh generasi muda sebagaimana yang pernah dikumandangkan secara
lantang bahwa kami Pemuda Indonesia mengaku berbangsa, berbahasa dan
bertanah air satu yaitu Indonesia. Kini semangat itulah yang
diharapkan dapat menggiring bangsa Indonesia untuk keluar dari kungkungan
krisis ekonomi, moneter, krisis kepercayaan yang telah menjerumuskan kita
kedalam masa yang tak menentu ini. Karena itu kita harus
merenungkan kembali makna persatuan dan kesatuan sebagaimana yang telah
diperjuangkan pada perintis kemerdekaan untuk meredam bibit-bibit komplik yang
dapat memecah belah bangsa. Dengan demikian, kita akan dapat
menjadi bangsa yang besar, sebuah bangsa perjuangan yang tidak
mengenal rasa takut dan siap bersaing dengan bangsa lain di Era Globalisasi.
v Obyek.
Mahasiswa merupakan bagian dari generasi muda yang terdidik
dan intelektuak adalah generasi muda calon-calon pimpinan bangsa dimasa
yang akan datang. Tentunya dengan perkembangan yang ada dan sedang
terjadi akan mewarnai pola dan dinamika mahasiswa itu sendiri. Sadar atau
tidak dengan perkembangan yang ada sekarang, mahasiswa sudah terindikasi kepada
pemikiran-pemikiran atau pola-pola ke barat-baratan (Eropa dan Amerika) dan
meninggalkan akan jati dirinya, yaitu sebagai bangsa timur yang tidak lepas
dari kultur kekayaan akan budaya, sejarah dan lain-lain yang kenyataan
jauh berbeda dengan keadaan di negara-negara Barat (Eropa dan
Amerika). Inilah yang harus disadari oleh mahasiswa dan segera
dibenahi bersama-sama. Dengan cara yaitu merubah atau memajukan
ekonomi yang berbasis kerakyatan bukan ekonomi individualisme, mengedepankan
hukum, mestinya berbasis hukum yang setara dengan hukum yang disejajarkan
dengan aturan dan budaya bangsa Indonesia, bukan mengadopsi hukum dari
luar negeri, begitu juga perlakuan HAM harus disesuaikan dengan hak azasi yang
berlaku di wilayah Republik Indonesia dan juga perjuangan demokrasi harus
demokrasi ala negara dan bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila, UUD 1945
dan aturan-aturan lain yang berlaku dimasyarakat Indonesia sehingga perlakuan
demokrasi akan bisa diterima dan dijalankan oleh bangsa Indonesia dengan aman
dan sejahtera.
b. Karang Taruna.
Karangtaruna merupakan bagian dari masyarakat dan generasi muda desa
yang mempunyai cita-cita yang sama dengan mahasiswa, dan
karangtaruna merupakan basis generasi muda tingkat
daerah pedesaan, juga sangat berpotensi untuk membentuk karakter pemuda dan
pemudi desa dalam berkiprah ikut menyumbang atau mendorong perubahan-perubahan
yang lebih baik pada lingkungannya, sehingga ikut mewarnai kemajuan-kemajuan di
segala bidang sehingga karangtaruna menjadi kritis, dihadapkan kepada
permasalahan yang terjadi. Karangtaruna merupakan generasi muda
yang potensial di wilayah, sehingga diperlukan upaya-upaya pencerdasan dalam
mewujudkan kemampuannya dengan adanya perkembangan yang terjadi sekarang ini
yang cenderung kearah generasi muda desa tidak terarah, dikarenakan minimnya
arahan-arahan wawasan kebangsaan secara formal (ceramah-ceramah).
Ini diperlukan ketekadan dan kemauan dari dua unsur yang saling berkepentingan
yaitu unsur pemerintah dan unsur karangtaruna itu sendiri, sehingga akan tercipta
generasi muda tingkat desa yang berwawasan kebangsaan yang kokoh kuat yang
menjadikan pondasi persatuan dan kesatuan dalam rangka menjaga keutuhan negara
kesatuan Republik Indonesia.
v Methoda.
Generasi muda yang berlatar belakang intelektual (mahasiswa dari
dalam maupun luar negeri) maupun generasi muda yang berasal dan berlatar
belakang dari daerah dan kurang pendidikan. Perlu adanya pemantauan
yang bertingkat dan berlanjut, secara formal maupun non formal sehingga era
generasi muda satu generasi ke genarasi muda berikutnya bisa berlanjut
dengan serasi dan harmonis. Ini bisa berjalan dengan baik dan
berkesinambungan apabila terjadi pendekatan yang terus menerus, caranya dengan
melalui pembelajaran melalui pendidikan formal, diawali dari tingkat dasar
sampai perguruan tinggi tentang penanaman wawasan kebangsaan, sejarah, budaya
dan lain-lain yang mengarah pada pembelajaran cinta tanah air
Indonesia. Yang kedua melalui pembelajaran melalui pendidikan non
formal, yaitu ekstra kurikuler, penanaman langsung tentang cinta sesama,
kasih sayang, rasa gotong royong dan rasa senasib sepenanggungan, diantaranya
melalui ke pramukaan dan lainnya yang menyentuh langsung dengan lingkungannya.
b. Ceramah.
Dengan adanya era
Reformasi yang berkepanjangan dan tidak jelas arahnya dan cenderung orogansi
ini, membuat generasi muda kita apatis, dikarenakan yang muncul dipermukaan
pada era reformasi sekarang ini adalah demokrasi yang mengarah kepada
kepentingan diri sendiri, namun mengatas namakan rakyat dan bangsa Indonesia,
sehingga muatan-muatan yang berkembang melalui media cetak dan elektronik
maupun pertemuan-pertemuan, sarasehan dan lain-lain memuat tentang politik dan
ekonomi untuk kepentingan sendiri dan kelompoknya. Sehingga
ceramah-ceramah, sarasehan-sarasehan yang mengisi tentang wawasan kebangsaan,
cinta tanah air, persatuan dan kesatuan tidak tersentuh sama sekali.
Sehingga jangan disalahkan sekarang ini anak muda kita tidak tahu tentang
sejarah Nusantara, sejarah perjuiangan dan tokoh-tokoh perjuangan kita,
karena untuk tahu itu semua selain melalui bangku sekolah juga diantaranya
lewat ceramah-ceramah yang diadakan secara terus menerus mulai dari keberadaan
generasi muda yang ada di tingkat desa sampai dengan generasi muda di perguruan
tinggi / mahasiswa, sehingga akan mempertebal tekad bulat generasi muda
menatap masa depan bangsa yang akan berada / tergantung bagaimana
generasi muda tersebut dipersiapkan.
c. Sosialisasi.
Apabila generasi muda bangsa ini sudah dipersiapkan dengan baik,
secara intelektual maupun moral spiritualnya, maka keyakinan untuk menatap masa
depan yang lebih baik dan yang dipertanggung jawabkan kepadanya, niscaya
akan dengan mantap pula generasi mudanya menerima estapet
kepemimpinan dengan baik secara moral, karena merupakan amanah rakyat yang
harus dipertanggung jawabkan kelak kemudian hari.
Sarana dan Prasarana. Sarana
dan Prasarana untuk mendukung generasi muda kita sebenarnya secara organisasi
dan kelembagaan sudah cukup banyak wadah yang menampungnya, yaitu lewat
kelembagaan kemahasiswaan maupun lewat kemasyarakatan. Hanya saja
perlu diarahkan kepada kelembagaan yang mewadahi tentang peningkatan generasi
muda ini kepada pemantapan wawasan kebangsaan yang mengarah kepada memperkokoh
persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia. Karena yang ada
sekarang ini adalah kelembagaan-kelembagaan generasi muda yang diarahkan dan
digunakan untuk kepentingan jangka pendek yaitu untuk kepentingan diri dan
kelompoknya, belum maksimal untuk kepentingan jangka panjang yaitu kepentingan
masyarakat dan bangsa Indonesia secara utuh dan menyeluruh dengan kata lain
belum diarahkan pada kepentingan NKRI.
B. Mengeksplorasi Tema Masalah.
Kekuatan kaum muda bisa dibentuk dan akan berarti bila ditemukan
perekat untuk seluruh elemen kaum muda dimanapun sehingga bisa menentukan
langkah dengan lebih hati-hati dari pada ikut arus lain yang tidak jelas.Bram
mencontohkan kaum muda bisa mendesakkan munculnya pertanggung jawaban moral
secara kongkrit dan para calon presiden Exs militer untuk menjelaskan
pelanggaran hak azasi manusia (HAM) semasa mereka masih menjabat. Sarbini
mengatakan, kaum muda bisa melakukan konsolidasi umum untuk menjadi oposan bila
tidak sepakat dengan pemimpin bangsa. Selain itu kata Sarbini, semua peluang
yang bisa dimasuki kaum muda untuk melakukan gerakan demokrasi.(Menurut Bram)
Biasanya gerakan
mahasiswa yang muncul karena “kecelakaan” atau bersamaan dengan munculnya
sebuah peristiwa, akan lebih mudah diadu domba atau dipecah belah oleh
kelompok-kelompok lainnya. Karena itulah gerakan mahasiswa yang
sangat cair tidak mempunyai kekuatan suatu perubahan yang lebih baik, kaum muda
harus mempuyai posisi tawar, jangan hanya berteriak-teriak tolak militerisme
karena itu bisa saja memberi angin kepada penguasa sekarang.
Padahal pimpinan pemeritah kita saat ini / selama ini telah gagal melaksanakan
agenda reformasi.
Pemikiran kritis, demokratis, dan konstruktif selalu lahir dari pola pikir
para mahasiswa. Suara-suara mahasiswa kerap kali merepresentasikan dan mengangkat
realita sosial yang terjadi di masyarakat. Sikap idealisme mendorong mahasiswa
untuk memperjuangkan sebuah aspirasi pada penguasa, dengan cara mereka sendiri.
Dalam hal ini, secara umum mahasiswa menyandang tiga fungsi strategis,
yaitu :
v sebagai penyampai kebenaran (agent of social control)
v sebagai agen perubahan (agent of change)
v sebagai generasi penerus masa depan (iron stock)
Mahasiswa dituntut untuk berperan lebih, tidak hanya bertanggung jawab
sebagai kaum akademis, tetapi diluar itu wajib memikirkan dan mengembang tujuan
bangsa. Dalam hal ini keterpaduan nilai-nilai moralitas dan intelektualitas
sangat diperlukan demi berjalannya peran mahasiswa dalam dunia kampusnya untuk
dapat menciptakan sebuah kondisi kehidupan kampus yang harmonis serta juga
kehidupan diluar kampus.
Peran dan fungsi mahasiswa dapat ditunjukkan :
ü Secara santun tanpa mengurangi esensi dan agenda yang
diperjuangkan.
ü Semangat mengawal dan mengawasi jalannya reformasi, harus
tetap tertanam dalam jiwa setiap
mahasiswa.
ü Sikap kritis harus tetap ada dalam diri mahasiswa,
sebagai agen pengendali untuk mencegah berbagai penyelewengan yang terjadi
terhadap perubahan yang telah mereka perjuangkan.
Dengan begitu, mahasiswa tetap menebarkan bau harum keadilan sosial dan
solidaritas kerakyatan.
Menurut Arbi Sanit ada empat faktor pendorong bagi peningkatan peranan
mahasiswa dalam kehidupan politik.
1. sebagai
kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik, mahasiswa mempunyai
horison yang luas diantara masyarakat.
2. sebagai kelompok masyarakat yang
paling lama menduduki bangku sekolah, sampai di universitas mahasiswa telah
mengalami proses sosialisasi politik yang terpanjang diantara angkatan muda.
3. kehidupan kampus membentuk gaya hidup
yang unik di kalangan mahasiswa. Di Universitas, mahasiswa yang berasal dari
berbagai daerah, suku, bahasa dan agama terjalin dalam kegiatan kampus
sehari-hari.
4. mahasiswa sebagai kelompok yang akan
memasuki lapisan atas dari susunan kekuasaan, struktur perekonomian dan
prestise dalam masyarakat dengan sendirinya merupakan elit di dalam kalangan
angkatan muda.
Pada saat generasi yang memmipin bangsa ini sudah mulai berguguran pada
saat itulah kita yang akan melanjutkan tongkat estafet perjuangan bangsa ini.
Namun apabila hari ini ternyata kita tidak berusaha mambangun diri kita sendiri
apakah mungkin kita kan membangun bangsa ini suatu saat nanti?
Sedangkan masalah masa depan banyak ditulis oleh para pakar
Indonesia dan dunia. Masalah masa depan Indonesia tidak lepas dari
perwujudan peningkatan wawasan kebangsaan generasi mudanya. Masalah
dunia antara lain digambarkan oleh John
Naisbitt dalam bukunya “Magatrend
“ yang menguraikan antara lain sebagai berikut :
1) Pergeseran dari masyarakat
industri ke masyarakat informasi.
2) Pergeseran ke teknologi canggih (high technology).
3) Pergeseran dari ekonomi nasional menuju ekonomi global.
4) Pergeseran dari orientasi jangka pendek ke jangka
panjang.
5) Pergeseran dari sentralisasi ke desentralisasi.
6) Pergeseran hubungan hirarkhis ke hubungan berbentuk
jaringan.
Pada
tingkat-tingkat pendidikan dasar dan menengah, Pendidikan Pendahuluan Bela
Negara (PPBN) yang oleh UU No 2 Thn. 1989 dinyatakan sebagai acuan dalam
pengembangan pendidikan kewarganegaraan, pada kenyataannya belum memiliki
rumusan yang jelas tentang tujuan umum, padahal rumusan-rumusan tersebut
merupakan landasan utama bagi kegiatan-kegiatan berikutnya dalam proses
penyusunan serta bagi pembinaan dan pengembangan kurikulum. Ketiadaan
rumusan dan tujuan-tujuan tersebut merupakan salah satu kelemahan hakiki
sistim pendidikan Nasional kita, karena bila tidak segera diatasi dikhawatirkan
dapat menjurus kepada rumusan-rumusan yang terlepas dari konteks sumbernya
yaitu wawasan kebangsaan dan ketahanan Nasional.
Kondisi yang berkembang sekarang ditandai dengan adanya peringatan 12 Mei
yang dilaksanakan di Bandung oleh puluhan mahasiswa dengan jas almamaternya
masing-masing berkumpul mengelilingi sebuah pusara dikomplek pemakaman Sirna
Galih Pada Suka Bandung. Pusara yang diatasnya berlambang
Universitas Trisakti Jakarta itu, memang rumah abadi tempat bersemayamnya
pahlawan reformasi, Hafidhin Royan, mahasiswa Trisakti yang meninggal dunia
akibat tertembus peluru aparat keamanan, saat berlangsungnya demo reformasi 12
Mei 1998 hanya beberapa hari menjelang jatuhnya rezim orde
baru. Beberapa tahun silam ditempat yang sama, juga berkumpul
ratusan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi. Mereka berkumpul
hanya dengan satu tujuan, memberi penghormatan kepada Hafidhin Royan,
satu dari emat mahasiswa yang tewas akibat peluru aparat, yang membedakan,
selain jumlah yang hadir, juga dari kadar emosi para mahasiswa, emosi mahasiswa
yang hadir meledak-ledak yang kemudian menyebar keseantero Nusantara dan mampu
memicu gelombang protes. Dampaknya luar biasa, rezim orde baru yang
semula dipandang begitu kokoh akibatnya tumbang. Tak ada ledakan
emosi, yang ada hanya sebuah keheningan dan sikap khidmat dalam perenungan
mengenag tragedi beberapa tahun silam, yang tetap terasa seperti hari
kemarin.
Barangkali pula dari keheningan itu lahir sebuah kesadaran baru, yang pada
ujungnya lahir kesedihan. Simak saja perkataan ayah
almarhum Ir Enus Yunus bahwa beliau berpesan kepada adik-adik agar
baik-baik dalam meneruskan perjuangannya. Perkataan Enus Yunus
tentu saja bukan untuk menganjurkan agar mahasiswa menjadi lembek.
Perkataannya adalah wanti-wanti bahwa bangsa ini belum belajar banyak dari
pengalaman kekerasan. Belum juga sembuh luka dan keprihatinan
lama akibat kekerasan, kini sudah muncul luka baru yang modusnya sama,
kekerasan oleh aparat, seperti yang terjadi pada kasus tindakan brutal
dan semena-mena politik terhadap sejumlah mahasiswa UMI makasar.
Enus Yunus juga berpesan agar mahasiswa lebih hati-hati lagi terhadap
pihak-pihak yang berupaya memanfaatkan kekuatan mahasiswa demi kepentingan
politik. Rektor Universitas Trisakti Prof Toby Mutis juga
mengatakan, Indonesia harus menumbuhkan budaya anti kekerasan agar tidak
ada lagi korban yang jatuh, seperti yang terjadi pada tahun 1998, meski
demikian harus juga dipahami bahwa perjuangan mahasiswa belum
selesai.
Gerakan moral dan intelektual
ini, selanjutnya jangan sampai ternodai dengan kepentingan-kepentingan
politik yang diusung para politisi. Mahasiswa harus tegas dan
harus tetap mempertahanka idealismenya, mereka yang gugur merupakan pahlawan,
karena suatu idealisme yang berkumpul di Pusara almarhum juga karena
suatu idealisme. Hafidhin Royan dan ketiga
rekannya Elang Mulyana Lesmana, Hari Hertanto dan Hendriawan gugur untuk sebuah
perjuangan demi idealisme. Kiranya tidak akan sulit bagi mahasiswa
generasi di bawah almarhumah untuk memahami bahwa mereka telah menjadi tumbal
perjuangan yang belum selesai. Karena sebuah kisah pengorbanan akan
selalu diceritakan turun–temurun, terlebih karena Universitas Trisakti selalu
membawa mahasiswanya menziarahi pusara mereka setiap tahun.
BAB III
ANALISIS KRITIS
A. Kelemahan
Dari makalah yang penulis tuliskan ini ada beberapa kelemahan antara lain;
Manusia Indonesia sebagai insan Pancasila merupakan subyek pembangunan
Nasional di dalam meningkatkan wawasan kebangsaan generasi mudanya akan ikut
mewarnai pola pikir, pola sikap dan pola tindak dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Jangkauan pemasyarakatan wawasan
kebangsaan generasi muda melalui jalur pendidikan dan penataran dalam jangka
panjang akan menjangkau cukup luas terutama pada generasi muda lapisan pusat
dan daerah. Dengan demikian Bagi yang sudah pernah menerima materi wawasan
kebangsaan, taraf mengerti dan penghayatannyapun tidak sama.
Kurang meratanya kesadaran tentang tatanan yang terkandung dalam GBHN,
mengakibatkan implementasinya dalam menjabarkan dan mengembangkan UU No 2 Tahun
1989 tentang sistem pendidikan Nasional memerlukan perjuangan yang khusus.
Ketidak tepatan anggaran pendidikan, dalam bahwa mempersiapkan peserta didik
bagi pengembangan dimensi kepribadian, dimensi sosial dan dimensi lingkungan,
akibatnya menjadi tanggung jawab orang tua dan lingkungan. Tanggapan diatas
tidak mendukung upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional yang berkehendak
mencerdaskan bangsa dan sekaligus mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
luhur, memiliki jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta
rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan berwawasan kebangsaan
Indonesia. Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang
berkembang tanpa kita kehendaki tidak terlepas dari situasi yang demikian
itu, sehingga tidak sedikit orang Indonesia meyakini bahwa pengembangan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan satu-satunya jawaban
terhadap tantangan masa depan bangsa. Walaupun pandangan yang
demikian itu tidak seluruhnya salah tetapi kalau tidak diwaspadai dapat
menjerumuskan kehidupan nasional kita kedalam situasi yang berbahaya, karena
pada dasarnya tantangan masa depan yang dihadapi bangsa Indonesia mencakup
seluruh aspek kehidupan baik dimensi prosperity (kesejahteraan) maupun dimensi
security (keamanan).
Kurangnya hubungan dengan masyarakat-masyarakat lain.kehidupan yang
terasing dari masyarakat menyebabkan bahwa masyarakat tersebut tidak mengetahui
perkembangan-perkembangan apa yang terjadi pada masyarakat lain yang mungkin
akan memperkaya kebudayaannya sendiri.Hal itu juga menyebabkan bahwa para warga
masyarakat terkungkung oleh pola-pola pemikirannya yang tradisik.
Kelemahan-kelemahan diantaranya juga mengenai perkembangan ilmu pengetahuan
yang terlambat,hal ini mungkin disebabkan oleh karena hidup masyarakat tersebut
terasing dan tertutup atau mungkin lama dijajah oleh masyarakat
lain.Masyarakat-masyarakat yang dijajah biasanya dengan sengaja dibiarkan
keterbelakang oleh masyarakat-masyarakat yang menjajahnya.Salah satu alasan
yang di buat adalah dengan maksud untuk mempertahankan kemurnian masyarakat
tersebut,padahal tujuan utamanya adalah untuk mencegah bahwa dengan majunya
masyarakat yang dijajah tadi mungkin terjadi pemberontakan atau revolusi.
a. Faktor External.
Ø Peluang.
1) Beberapa peluang adalah sudah makin mantapnya kita berfikir
kedepan, sehingga masalah meningkatkan wawasan kebangsaan generasi muda
melalui pendidikan formal maupun non formal yang ada bisa di optimalkan untuk
menjawab tantangan masa depan.
2) Kecenderungan-kecenderungan tersebut diatas merupakan tantangan yang
harus dapat diakomodasi oleh sistem pendidikan formal maupun non formal
kita, dalam rangka meningkatkan wawasan kebangsaan generasi muda guna menyongsong
masa depan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang untuh dan damai.
Kita harus mampu membentuk generasi muda Indonesia seutuhnya dan seluruh
masyarakat Indonesia sesuai kebutuhan jangka panjang melalui sistem pendidikan
Nasional yang berkaitan dengan peningkatan wawasan kebangsaan generasi
muda.
b. Faktor Inernal
Pemimpin dan
kepemimpinan muncul bersama dengan timbulnya peradaban manusia, yaitu sejak
nenek moyang manusia berkumpul bersama dengan berkembang biak, kebersamaan dan
mempertahankan eksistensinya untuk menghadapi ancaman dan tantangan
lingkungannya. Karena itu figur pemimpin merupakan faktor krusial /
krisis yang menentukan hidup matinya karya bersama, baik yang bersifat
militer, sipil maupun sosial budaya. Yang menjadi masalah dalam
peningkatan wawasan kebangsaan generasi muda kita ini adalah, bagaimana caranya
membuat manajemen dari kerja individu dan karya kolektip itu menjadi lebih
human, dan peningkatan wawasan kebangsaan yang timbul dan bergejolak
tidak hanya dilihat sebagai organisasi yang cenderung tidak berdasar saja,
namun atribut lebih human ini mengikat unsur generasi mudanya yang
lebih cenderung agresif kepada kebebasan dan martabat manusia yang
patut dijunjung tinggi.
B. Kelebihan.
Manajemen dan pengelolaan sistim pendayagunaan peningkatan wawasan
kebangsaan generasi muda adalah upaya koordinasi upaya yang bertumpu pada
kemampuan, bakat dan kodrat manusia yang harus dibangkitkan dan
diaktivalisasikan secara kongkrit melalui cara-cara sebagai berikut :
1) Melihat secara realitas. Bahwa suatu managemen dan
pengelolaan sistim pendayagunaan peningkatan wawasan kebangsaan generasi muda
harus mampu mencerminkan kenyataan-kenyataan yang berkembang ditengah-tengah
masyarakat.
2) Secara idealisme. Bahwa peminij dan pengelola
sistem, harus mampu mencerminkan cita-cita yang ada di masyarakat.
3) Sistem fleksibilitas. Suatu managemen, pengelolaan dan
peningkatan wawasan kebangsaan generasi muda, harus mampu menyesuaikan diri
terus menerus dengan perkembangan jaman dan juga mengandung sifat keterbukaan,
sehingga setiap generasi yang menjunjung tinggi wawasan kebangsaan, persatuan
dan kesatuan serta menjaga keutuhan NKRI, dapat memberikan penafsiran terhadap
bentuknya sehingga isinya tidak mengalami perubahan.
Organisasi
peningkatan wawasan kebangsaan generasi muda yang dibentuk harus bisa
memberikan kesempatan kepada setiap warga untuk berkembang dan merealisasikan
diri, serta memaksimalkan segenap daya dan kreativitas, agar orang bisa
memberikan kontribusi kebangsaan kepada kehidupan berbangsa dan bernegara
secara bersama-sama dengan cara :
1) Pembinaan khusus. Kegiatan ini dilaksanakan dengan tetap
mengedepankan koordinasi dengan unsure terkait, baik aparat keamanan dan aparat
Pemda, dinama upaya pembinaan dilaksanakan secara komprehensif dan terus
menerus, dikaitkan dengan Pertahanan Negara.
2) Bersikap kritis terhadap gejolak sosial. Organisasi
peningkatan wawasan kebangsaan generasi muda harus aktif mempelopori
pertemuan-pertemuan secara intensif untuk
membahas kemungkinan-kemungkinan yang berkembang dan sekaligus langkah
antisipasi terhadap kemungkinan berkembangnya pengaruh yang lebih
luas. Dengan demikian diharapkan melalui pembinaan yang berdaya
guna dan berhasil guna, akan melahirkan efek tangkal terhadap pengaruh
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan negara, yang harus
segera di upayakan adalah :
a) Meredam berbagai bentuk aksi hujatan yang akan melahirkan
perpecahan.
b) Mengajak masyarakat agar tidak mudah terprofokasi oleh
pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
c) Mengajak masyarakat agar lebih aktif dalam kegiatan dinamisasi
pembangunan.
d) Meningkatkan kewaspadaan dan kepekaan terhadap berbagai gejolak yang
timbul di masyarakat.
e) Menggiatkan semangat persatuan, kesatuan, serta berbangsa dan bernegara
yang merujuk kepada “Sumpah Pemuda dan Bhineka Tunggal Ika”.
3) Membentuk kader generasi muda. Guna meningkatkan daya
tangkal masyarakat terhadap pengaruh-pengaruh negatif, generasi muda
bekerjasama dengan aparat setempat, melaksanakan pembekalan melalui kegiatan
sarasehan dan penataran terpusat tingkat Kabupaten / Kota, yang diikuti oleh
tokoh masyarakat, pemuda, pelajar dan mahasiswa serta organisasi masyarakat
lainnya, guna membentuk ketahanan wilayah yang kuat.
4) Mempelopori terbentuknya forum persatuan penyelamat bangsa.
Hal ini dilakukan dengan melaksanakan koordinasi yang baik antar pemerintah,
Ormas dan tokoh masyarakat dalam upaya membentuk forum persatuan penyelamat
bangsa, yaitu sejenis LSM, yang secara khusus mengkritisi berbagai opini yang
berpotensi memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Forum ini
diharapkan terbebas dari pengaruh-pengaruh luar, sehingga keberadaannya bukan
justru merongrong dan menjatuhkan kewibawaan pemerintah, namun merupakan
pendukung dan bekerja atas dasar Persatuan dan Kesatuan seluruh komponen
bangsa.
5) Sosialisasi bersama aparat. Kegiatan sosialisasi dimaksud
untuk mengajak segenap lapisan masyarakat untuk peduli terhadap bangsa dan
negara yang dilaksanakan secara terprogram maupun diluar
program. Melalui kegiatan ini diharapkan mampu menggairahkan
masyarakat dalam upaya menumbuhkan peningkatan wawasan kebangsaan generasi muda
untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan dalam rangka menjaga keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
d. Dalam iklim sekarang ini wawasan kebangsaan yang cenderung memudar yang
terjadi pada generasi muda dan masyarakat, harus terus dan lebih ditonjolkan
didalam menumbuh kembangkan pada wawasan kebangsaan,
persatuan dan kesatuan diawali dari lapisan atas sampai lapisan masyarakat yang
paling bawah, sehingga peningkatan wawasan kebangsaan yang dikehendaki dapat
terwujud diantaranya dengan memperkokoh dan mengembangkan :
1) Kesadaran berbangsa dan bernegara.
a)Terwujudnya kesadaran berbangsa dilingkungan masyarakat untuk kepentingan
penyelenggaraan Sstim Prtahanan Semesta.
b) Tumbuhnya rasa kebangsaan disetiap warga negara sehingga mencintai
bangsa dan negara serta wilayah Nasionalnya.
c) Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya semangat
kebangsaan dan kecintaan kepada Ngara Kesatuan Republik Indonesia.
2) Wawasan kebangsaan.
a) Terciptanya kondisi wawasan kebangsaan Indonesia yang merupakan ikatan
kebersamaan dalam mempersatukan bangsa.
b) Meningkatkan paham kebangsaan bagi bangsa Indonesia agar
tercipta suatu pemahaman yang sama terhadap bangsa dan negara yang
diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.
c) Terciptanya semangat kebangsaan dan Nasionalisme bangsa dalam
menghadapi berbagai ancaman yang timbul.
3) Kesadaran bela negara dan cinta tanah air.
a) Terwujudnya warga negara yang rela berkorban untuk bangsa dan
negara, sehingga pada saatnya siap mempertaruhkan jiwa dan raganya bagi
kepentingan bangsa dan negara.
b) Terwujudnya kesadaran bela negara dilingkungan masyarakat untuk kepentingan
sistim pertahanan semesta.
c) Terbinanya semangat perlawanan rakyat di lingkungan masyarakat untuk
selalu rela berkorban bagi kepentingan bangsa dan negara.
d) Tumbuhnya sikap cinta tanah air sehingga mencintai wilayah
Nasionalnya dan selalu siap membela tanah air Indonesia dari segala bentuk
ancaman.
e) Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya ketahanan wilayah
dan lingkungan tempat tinggal sebagai bagian dari ketahanan Nasional.
BAB IV
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dari beberapa uraian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan hal-hal
sebagai berikut :
Dengarkan dosen berbicara, akan tetapi mahasiswa juga mempunyai berbagai
perannya dalam melaksanakan perubahan untuk bangsa Indonesia, peran tersebut
adalah sebagai generasi penerus yang melanjutkan dan menyampaikan nilai-nilai
kebaikan pada suatu kaum, sebagai generasi pengganti yang menggantikan kaum
yang sudah rusak moral dan perilakunya, dan juga sebagai generasi pembaharu
yang memperbaiki dan memperbaharui kerusakan dan penyimpangan negatif yang ada
pada suatu kaum.
Peran ini senantiasa harus terus terjaga dan terpartri didalam dada
mahasiswa Indonesia baik yang ada didalam negeri maupun mahasiswa yang sedang
belajar diluar negeri. Apabila peran ini bisa dijadikan sebagai sebuah pegangan
bagi seluruh mahasiswa Indonesia, “ruh perubahan” itu tetap akan bisa terus
bersemayam dalam diri seluruh mahasiswa Indonesia.
Seperti pernah dikatakan oleh
seorang ahli filsafat Barat, Kierkegaard “ Life Must be lived forward,
but can be only understood back word “ hidup harus kita
arahkan kedepan. Tetapi hidup kedepan hanya kita pahami dengan
tengokan kebelakang. Tengokkan kebelakang berarti mempelajari
sejarah, secara jujur dan obyektip, mengarahkan kedepan atau menatap masa depan
berarti memiliki pandangan yang strategis bercakrawala untuk dimensi masa
mendatang, dengan berpijak atas realisme harus kita perpadukan dalam
menghayati dan mengamalkan Pancasila. Menghayati berarti kesadaran
membangun.
Harapan kita semoga semua
generasi muda tetap memelihara dan menyuburkan Pancasila, jiwa proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan semangat hari pahlawan 10 Nopember
1945. Juga ditengah-tengah situasi dan kondisi yang terus berobah
di abad XXI dewasa ini.
B. Saran
Pada bagian ini penyusun ingin mengajak yang dalam hal ini ditujukan kepada
para generasi muda pelajar dan mahasiswa, para Dosen dan Guru, seluruh elemen
pemerintah baik yang ada di daerah maupun yang ada di pusat serta seluruh
lapisan masyarakt Indonesia secara luas agar tetap bersatu demi mempertahankan
keutuhan NKRI. Terkadang masalah sepele akan menjadi kompleks jika tidak ada
solidaritas di antara sesama kita. Penyusun berharap tak akan ada lagi
perselisihan di negeri kita tercinta sehingga cita-cita bangsa Indonesia akan
tercapai.
Dengan perkembangan Reformasi dan terancamnya keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia, serta dinamika perkembangan generasi muda yang mengarah
kepada kepentingan jangka pendek, yaitu pada kepentingan diri dan kelompoknya
saja, maka perlu adanya terobosan-terobosan yang signifikan / nyata,
sehingga generasi muda kita sadar akan peran dan tanggung jawab kedepan akan
kelanggengan Republik Indonesia ini, contoh tersebut diantaranya adalah :
- Gerakan anti kekerasan pada hakekatnya adalah untuk
meningkatkan hubungan baik antar manusia. Dalam beberapa tahun
terakhir, hubungan tersebut justru mengalami banyak masalah, yang kemudian
melahirkan kekerasan diberbagai daerah dan wilayah Republik Indonesia.
- National Conference for Communoty and Justice (NCCJ)
yang ada sejak 1927 di Memphis, adalah lembaga Nirlaba yang mengemban misi
memerangi kekerasan dan rasialisme. Semboyan mereka adalah
tiap manusia pada dasarnya unik, berbeda dan oleh karena itu harus
dihormati.
3. Ada tiga jenis diskriminasi yang terjadi yaitu :
a)Diskriminasi berdasarkan warna kulit, seperti pernah terjadi di
Afrika Selatan.
b) Diskriminasi yang bersifat rasialis sebagai mana terjadi di Amerika
Serikat.
c) Diskriminasi karena adanya semacam pengelompokan berdasarkan
bagian-bagian masyarakat seperti di India yang dikenal dengan sebutan Kasta.
DAFTAR PUSTAKA
- Prof.Dr. Soerjono Soekamto,S.H.,M.A.,”Beberapa Aspek
Sosiojuridis Masyarakat”,Penerbit Alumni 1983.
- Dr. Phil. Astrid S. Susanto.”Pengantar Sosiologi dan
Perubahan Sosial”,Penerbit Bina Cipta Bandung,1985.
- Koentjaraningrat (1969)Atlas etnogfafi
sedunia.Jakarta:Dian Rakyat-(1970)Keseragaman dan Aneka Warna Masyarakat
Indonesia.Jakarta,Seri Monografi LIPI NO. ¼.
- Prof. Harsojo,”Pengantar Antropologi”.Penerbit bina
Cipta,Bandung 1977.
- Prof. Dr. Koentjaraninggrat(Editor)”Masyarakat Desa
di Indonesia masa ini.Yayasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi,Universitas
Indonesia,Jakarta 1968.
- A. Widiada Gunakaya S.A.,S.H.”Sosiologi dan
Antropologi”,Penerbit Gancea Exact Bandung,Bandung 1986.
- Prof. Dr. Koentjaraningrat,”Pengantar Ilmu
Antropologi”,Penerbit Aksara Baru,Jakarta 1983.